Penulis: Redaksi Brita.id
PEMILIHAN Kepala Daerah (Pilkada) Kota Palu Tahun 2020 sudah di depan mata, sejumlah nama mulai dimunculkan untuk menakar sejauh mana elektabilitasnya di masyarakat. Salah satu alat ukur yang paling banyak digunakan yakni dengan memajang profil seorang tokoh di dinding akun media sosial, perolehan like dan komentar yang bermunculan akan menjadi signal awal kekuatan untuk maju ke ajang Pilkada.
Kacamata pandang soal lemahnya calon yang berasal dari kaum petahana biasanya menjadi magnet yang dapat mendekatkan pesaing baru masuk ke dalam pentas pemilihan. Tidak dapat diingkari, bencana alam yang melanda wilayah Kota Palu 28 September 2018 silam masih meninggalkan banyak pekerjaan bagi petahana.
Diantaranya pembangunan kembali fasilitas umum, pemenuhan rumah hunian sementara (Huntara), rumah hunian tetap (Huntap), hingga jatah hidup (Jadup) yang hingga kini masih menjadi tuntutan masyarakat terdampak bencana.
Tentunya dalam upaya memenuhi hal ini, banyak celah yang dapat dijadikan bahan untuk menggiring opini publik, hingga masyarakat dapat beranggapan jika petahana tidak dapat bekerja maksimal untuk masyarakatnya.
Meskipun pada kenyataannya, petahana yang merupakan kepala daerah tidak memiliki kekuatan lebih jika anggaran yang ada di kas daerah yang dipimpinnya, secara aturan tidak memungkinkan untuk dialihkan ke program penanganan bencana, seperti apa yang menjadi tuntutan masyarakat terdampak bencana.
“Anggaran daerah tetap ada, hanya saja sudah tidak dimungkikan untuk digeser, namun kami masih membangun komunikasi dengan pihak lain yang ingin membantu penanganan Kota Palu pasca bencana,” seperti inilah penuturan Walikota Palu, Hidayat yang digadang-gadang bakal kembali mencalonkan diri pada Pilkada Kota Palu Tahun 2020 mendatang.
Namun bagaimanapun calon yang berasal dari petahana biasanya menjadi rival menakutkan bagi setiap saingannya, ada banyak celah untuk mematahkan perlawanan seorang petahana, namun ada ribuan peluang pula yang dimiliki petahana untuk memperlihatkan kemampuannya dalam memimpin sebelum memasuki pentagon Pilkada.
Sedikit sisa waktu sebelum memasuki masa pemilihan, akan menjadi ruang dalam memperebutkan minat pilih masyarakat, petahana dipastikan akan bertahan dengan melaksanakan dan menjual program kerja yang telah ada ke masyarakat, sementara pendatang baru akan coba mencari panggung dengan menawarkan konsep pemerintahan yang baru.(**)