MOROWALI, Brita.id – Kehadiran PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) terus mengubah wajah perekonomian daerah. Multiplier effect dari kawasan industri nikel raksasa ini tak hanya mendorong ekspor logam dasar ke pasar global, tetapi juga menghidupkan ribuan usaha rakyat, menyerap puluhan ribu tenaga kerja, hingga mendongkrak pendapatan daerah.
Data Pemerintah Kabupaten Morowali mencatat, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan lonjakan signifikan dalam empat tahun terakhir. Pada 2020, PDRB per kapita Morowali berada di angka Rp 388,80 juta. Angka itu melonjak hingga Rp 1,3 miliar pada 2024.
“Kenaikan ini dipicu nilai ekspor komoditas logam dasar yang terus meningkat, ditambah pengaruh inflasi di hampir semua lapangan usaha,” demikian keterangan resmi Pemkab Morowali.
Media Relations Head PT IMIP, Dedy Kurniawan, mengatakan operasional penuh kawasan industri mulai berjalan sejak 2015. Saat ini, puluhan ribu pekerja lokal terlibat dalam rantai produksi, dari smelter hingga logistik.
“Sejak beroperasi, IMIP menjadi magnet investasi, khususnya di sektor hilirisasi nikel dan energi pendukung. Pembangunan infrastruktur pelabuhan, jalan, hingga jaringan listrik juga membuka akses ekonomi lebih luas bagi masyarakat,” kata Dedy, Kamis (21/8/2025).
Selain sektor inti, keberadaan IMIP turut melahirkan peluang usaha baru di sekitar kawasan. Mulai dari katering, transportasi, laundry, barbershop, hotel, perdagangan hingga pengembangan perumahan di Kecamatan Bahodopi.
“Dari sisi fiskal, kontribusi pajak, royalti, dan retribusi dari aktivitas IMIP menjadi sumber pendapatan signifikan bagi daerah maupun negara. Dana ini menopang pembangunan fasilitas publik, mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga sarana umum,” tambah Dedy.
Berdasarkan data Departemen HR PT IMIP, jumlah karyawan hingga Mei 2025 mencapai 85.423 orang. Angka tersebut terus meningkat setiap tahun, seiring bertambahnya investasi dan proyek hilirisasi nikel di kawasan industri Morowali.(arj/jir)








