MOROWALI, Brita.id – Upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-26 Kabupaten Morowali berlangsung khidmat di Alun-alun Rumah Jabatan Bupati Morowali, Desa Matansala, Kecamatan Bungku Tengah, Jumat (5/12/2025).
Gubernur Sulawesi Tengah, Dr. H. Anwar Hafid, M.Si., bertindak sebagai Inspektur Upacara pada peringatan tahun ini yang mengusung tema “Morowali Tangguh, Morowali Juara”.
Upacara diawali dengan pembacaan sejarah singkat terbentuknya Kabupaten Morowali oleh Ketua DPRD Morowali, Herdianto Marsuki, SE.
Dalam penyampaiannya, Herdianto mengungkap bahwa gagasan pembentukan Kabupaten Morowali telah muncul sejak 1963, melalui inisiatif DPRD Gotong Royong Daerah Tingkat II Poso bersamaan dengan terbentuknya Kewedanaan Bungku yang membawahi tujuh kecamatan.
Proses pemekaran sempat terhenti akibat gejolak nasional pada 30 September 1965. Namun, aspirasi itu kembali mencuat pada 1996, setelah Gubernur Sulteng saat itu, HB Paliudju, menyatakan bahwa wilayah Bungku Utara hingga Menui Kepulauan layak menjadi daerah otonom berdasarkan luas wilayah, potensi ekonomi, dan jumlah penduduk.
Dalam amanatnya, Gubernur Anwar Hafid menyampaikan rasa syukur dapat hadir langsung pada peringatan hari jadi Morowali.
Ia menyebut Morowali sebagai miniatur Indonesia, karena keberagaman suku dan agama yang hidup harmonis dalam payung kearifan lokal Tepe Asa Moroso.
“Insya Allah, dengan semangat Tepe Asa Moroso, daerah ini akan tetap aman dan tenteram,” ujarnya.
Anwar juga menekankan pentingnya pengawasan lingkungan di tengah pesatnya perkembangan industrialisasi Morowali.
Ia meminta pemerintah daerah bertindak tegas bila ada pengelolaan lingkungan yang tidak adil dan berpotensi merusak alam.
“PAD Sulteng hampir 60 persen bersumber dari Morowali. Karena itu, daerah ini harus dijaga dengan baik dan jangan sampai kita terlena dengan kemajuan hari ini,” tegasnya.
Peringatan HUT ke-26 Morowali juga dimeriahkan dengan Tarian Kolosal Samaturu. Pada momen ini pula diserahkan sertifikat dari Menteri Kebudayaan RI yang menetapkan Ndengu-ndengu dan Tarian Luminda sebagai warisan budaya takbenda Indonesia.
Acara berlangsung meriah namun tetap khidmat, menjadi momentum refleksi sejarah dan komitmen menjaga keberlanjutan pembangunan Kabupaten Morowali sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tengah.(pal)








