MOROWALI,Brita.id– Dua pekerja lokal asal Kabupaten Morowali berhasil menunjukkan kapasitasnya dengan menembus posisi strategis di kawasan industri nikel Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).
Keduanya membuktikan bahwa tenaga kerja lokal mampu bersaing dengan tenaga kerja asing (TKA) di sektor industri smelter.
Sahrul Jaya, pemuda 27 tahun asal Desa Solonsa, Kecamatan Witaponda, kini dipercaya sebagai Supervisor Divisi Rotary Kiln PT Indonesia Guang Ching Nickel and Stainless Steel Industry (GCNS).
Ia meniti karier sejak 2015 sebagai kru konveyor, lalu menjadi wakil foreman, foreman, hingga berkesempatan belajar industri dan bahasa Mandarin di Tiongkok pada 2021.
“Sepulang dari China, November 2024 saya diangkat jadi supervisor sampai sekarang,” ungkap Sahrul, yang kini juga berperan sebagai juru bicara antara karyawan Tiongkok dan Indonesia setelah meraih sertifikasi bahasa Mandarin HSK 4.
Selain Sahrul, ada pula Dirjo Purwanto, warga Desa Emea, Kecamatan Witaponda, yang kini menjabat Wakil Manajer Departemen Bijih Nikel di PT Logistik Sumber Daya (LSDY).
Dirjo yang memulai kariernya pada 2016 sebagai operator dump truck, kini memimpin lebih dari 2.500 pekerja di departemen tersebut.
Lulusan SMK Negeri 1 Luwuk itu menilai, kunci utama pekerja lokal diterima dan dipercaya adalah kemauan bekerja keras serta membangun hubungan sehat di lingkungan kerja.
“Orang China ini sebenarnya melihat karyawan lokal bukan dari skill saja, tapi dari kemauan bekerja,” tegas Dirjo.
Selama sembilan tahun berkarier, Dirjo aktif menjaga iklim kerja yang sehat untuk mencegah stres dan meminimalisir potensi insiden, terutama dalam pengoperasian alat berat.
“Sebagai pemimpin, saya mendapat tekanan dari atasan, juga dorongan dari bawahan. Kalau kita tidak sabar, konflik akan muncul,” katanya.
Keberhasilan Sahrul dan Dirjo memperlihatkan bahwa perusahaan di kawasan IMIP terbuka terhadap tenaga kerja lokal yang konsisten, berdisiplin, dan mau terus belajar. (arj/jir)
