PT HYNC Operasikan Pipa Slurry 60 Km di IMIP, Tekan Emisi Karbon hingga 30 Persen

  • Whatsapp

MOROWALI, Brita.id — PT Huayue Nickel Cobalt (HYNC) mengoperasikan sistem pipa slurry jarak jauh sepanjang lebih dari 60 kilometer untuk mengangkut bijih nikel laterit jenis limonit dari lokasi tambang PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) di Kecamatan Routa, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara menuju kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.

Teknologi ini diklaim mampu menekan emisi karbon hingga 30 persen, meningkatkan efisiensi distribusi bahan baku, dan memperkuat komitmen industri ramah lingkungan di kawasan IMIP.

“Teknologi pipa slurry memungkinkan pengangkutan bijih limonit menjadi lebih lancar, aman, ramah lingkungan dan rendah karbon. Kami menghindari kendala jalan hauling saat musim hujan, menurunkan biaya transportasi, serta mengurangi risiko kecelakaan,” ujar Huang Shanyun, Executive General Manager PT HYNC, Rabu (26/11/2025).

Sistem pipa slurry ini dibangun sejak akhir 2020 dan mulai beroperasi penuh pada Januari 2023. Jalurnya melintasi wilayah dengan topografi kompleks, melewati pegunungan dan lembah dengan selisih elevasi mencapai 640 meter, serta titik tertinggi hampir 800 meter di atas permukaan laut.

Untuk memastikan keamanan dan keandalan, seluruh proses perancangan, pemilihan material, pengadaan, hingga konstruksi dilakukan sesuai standar internasional dengan dukungan teknologi dan peralatan canggih demi efisiensi energi yang maksimal.

Material bijih limonit yang dialirkan melalui pipa terlebih dahulu diproses di Feed Preparation Plant. Di sana, material yang tidak dibutuhkan seperti batu dan akar tumbuhan dipisahkan, kemudian masuk ke tangki pemadat (thickener) untuk menghasilkan slurry berkualitas sebelum dipompa ke pabrik HYNC.

Setibanya di kawasan IMIP, slurry melewati stasiun penurun tekanan (energy dissipation station) sebelum diproses menjadi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) salah satu bahan baku utama pembuatan baterai kendaraan listrik.

Pipa slurry tersebut memiliki kapasitas angkut mencapai 12 juta ton bijih limonit per tahun, cukup untuk mendukung kebutuhan proses High Pressure Acid Leach (HPAL) di fasilitas PT HYNC.

“Penerapan pipa slurry jarak jauh ini menjadi yang pertama di industri nikel Indonesia. Biaya operasionalnya hanya sekitar sepersepuluh dibandingkan angkutan truk,” terang Huang Shanyun.

Dibanding kapal tongkang dan ratusan truk pengangkut, sistem pipa slurry dinilai lebih aman bagi ekosistem dan biodiversitas hutan, tidak mencemari air dan udara, serta mengurangi ketergantungan pada bahan bakar diesel.

Jalur pipa mengikuti jalur tambang yang sudah ada, sehingga tidak memerlukan pembukaan lahan baru maupun pembangunan akses tambahan.

Untuk menjaga keamanan jangka panjang, sistem ini dilengkapi pengendalian terpusat berbasis komputer, sensor pemantauan tekanan dan aliran, serta sistem pengecekan ketebalan dinding pipa secara berkala. Petugas juga rutin melakukan patroli di sepanjang jalur distribusi.

Dari sisi kepatuhan lingkungan, PT HYNC melaksanakan pengelolaan sesuai dokumen AMDAL serta rutin melaporkan RKL-RPL kepada pemerintah setiap enam bulan.

Langkah inovatif ini sekaligus mempertegas posisi kawasan IMIP Morowali sebagai salah satu pelopor penerapan industri hijau berbasis teknologi rendah karbon di Indonesia.(arj/jir)

Related posts