PALU,Brita.id- Warga Kota Palu, Sulawesi Tengah meminta satuan tugas (Satgas) operasi patuh tinombala memberikan toleransi terhadap kendaraan milik warga yang terdampak langsung gempa bumi, tsunami dan likuefaksi 28 September 2018 silam.
“Surat kendaraan kami terkubur likuefaksi, sepeda motornya saja sudah tidak normal,” ungkap Gondrong (48), warga Kelurahan Balaroa, Kota Palu, Sabtu (31/8/2019).
Menurutnya, jika razia kendaraan operasi Patuh Tinombala tahun ini dijalankan dengan fokus kelengkapan surat berkendara, maka akan banyak kendaraan korban bencana Palu yang terjaring.
“Semuanya tertimbun, saya yakin sangat banyak warga yang kehilangan surat-surat penting seperti yang saya alami,” ungkap Anwar (53), warga terdampak likuefaksi Balaroa lainnya.
Sebelumnya Polri telah menetapkan kalender operasi patuh mulai dari tanggal 29 Agustus hingga 11 September 2019, secara serentak di seluruh indonesia.
Kapolda Sulteng Brigjen Lukman Wahyu Hariyanto saat memimpin apel gelar pasukan Operasi Patuh Tinombala 2019 mengatakan, operasi ini dilakukan untuk menurunkan angka kecelakaan di wilayah kerjanya.
“Intinya ini dilakukan untuk kebaikan masyarakat termasuk menekan meningkatnya angka kejahatan,” tuturnya.
Selain anggota Polri, giat Operasi Patuh Tinombala juga akan melibatkan Satu Pleton personil Denpom 13/2 Palu, Dua Pleton personil Dinas Perhubungan Sulteng, Satu Pleton personil Jasaraharja Sulteng, serta Satu Pleton ASN Polda Sulteng.
Lebih jauh Lukman Wahyu mengatakan, pelaksanaan operasi patuh 2019, ada beberapa pelanggaran yang menjadi fokus operasi yakni, tindakan melawan arus, menggunakan telepon genggam saat berkendara, tidak menggunakan helm, pengendara di bawah umur, pengendara dalam keadaan mabuk, tidak menggunakan safety belt, melebihi batas kecepatan, penggunaan sirine/strobo/rotator, over dimensi & over load (odol) dan penggunaan knalpot suara bising.(jir)