MOROWALI,Brita.id- PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), kembali melakukan penanaman 16.667 bibit mangrove di Desa Tudua, Kecamatan Bungku Tengah, Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah, Minggu (12/9/2021).
Kegiatan itu merupakan kolaborasi antara Yayasan IMIP Peduli dengan Pusat Kajian Pengembangan Ekonomi Sumber Daya Alam dan Linkungan Universitas Tadulako, serta melibatkan Pemerintah Kabupaten Morowali, Pemerintah Desa Tudua, beserta organisasi masyarakat di Morowali yang konsen terhadap lingkungan.
“Di usia Kawasan Industri PT IMIP yang saat ini telah memasuki fase remaja, memang sudah seharusnya mulai membenahi diri, khususnya pada masalah lingkungan. Olehnya itu, mangrove menjadi salah satu pilihan utama untuk melakukan pembenahan lingkungan di masa yang akan datang,” jelas Legal and Goverment Relation PT IMIP, Askurullah, dalam sambutannya mewakili manajemen PT IMIP.
Aksi penanaman mangrove, lanjut Askurullah, telah mulai dijalankan sejak Tahun 2018 lalu. Pihaknya menargetkan akan merealisasikan 5 hektar lahan untuk tanaman mangrove di tahun 2021 ini. Ditargetkan juga bahwa ditahun 2022 PT IMIP kembali akan membuka 30 hektar lahan mangrove yang ada di Morowali.
“Berdasarkan laporan dari tim kami di lapangan, kegiatan Pameran dan Edukasi Manfaat Mangrove yang dilakukan pada 23-27 Agustus 2021 lalu, sebagai rangkaian peringatan Hari Mangrove Internasional (26 Juli, red-), memberikan dampak positif kepada masyarakat. Ada antusiasme warga, terkait produk-produk turunan dari mangrove yang sangat diharapkan dapat dikembangkan di Morowali,” urai Askurullah.
Diwaktu yang sama, Bupati Morowali, Drs Taslim mengatakan, aksi-aksi seperti ini sangat membutuhkan dukungan dari semua pihak termasuk masyarakat. Apalagi, kata dia, sebagian masyarakat belum punya kesadaran untuk ikut terlibat dalam aksi-aksi lingkungan seperti ini.
Atas dasar itu, lanjut Taslim, pihaknya telah menginstruksikan sampai jajaran paling bawah Pemda Morowali, agar memberikan edukasi kepada masyarakat guna mendukung program penanaman mangrove di wilayah Morowali. Karena mangrove ini, tegasnya, mempunyai banyak manfaat dan fungsi baik secara ekologis maupun ekonomi.
“Kami juga sangat berharap kepada PT IMIP dan pihak Universitas Tadulako, supaya lokasi-lokasi penanaman mangrove nantinya tidak hanya difokuskan pada wilayah daratan. Akan tetapi, juga harus dilakukan di wilayah kepulauan, misalnya di Kecamatan Bungku Selatan dan Menui Kepulauan,” jelas Taslim dalam sambutannya.
Diharapkan, kata Taslim, mangrove ini bisa menjadi daya dukung lingkungan di dua daerah tersebut. Sehingga meningkatkan potensi pengembangan kelautan yang lebih berkelanjutan.
“Olehnya kita berharap, ditahun berikutnya wilayah-wilayah ini (Kecamatan Bungku Selatan dan Menui Kepulauan, red-), menjadi prioritas dari program penanaman mangrove di Morowali,” kata Taslim.
Sementara, penanggung jawab program penanaman mangrove Desa Tudua, Prof H Andi Tanra Tellu, yang juga mewakili Lembaga Pusat Kajian Pengembangan Ekonomi Sumber Daya Alam dan Linkungan Universitas Tadulako mengatakan, setelah melakukan observasi lapangan selama beberapa hari, pihaknya memilih Desa Tudua sebagai pilot project dalam program penanaman mangrove di Morowali.
Berdasarkan jarak tanam yang telah ditentukan (2×1,5 meter), dengan luasan 5 hektar, jumlah bibit mangrove yang akan ditanam sebanyak 16.667 bibit.
“Soal pembibitan nanti, pihak kami akan melakukan kerja sama dengan masyarakat sekitar.
Supaya target tanam nantinya bisa terpenuhi. Nantinya juga, kita akan melakukan kerja sama dengan Universitas Halu OIeo Kendari, untuk masalah program pengembangan mangrove yang berkelanjutan di Kabupaten Morowali,” terang Prof H Andi Tanra Tellu. (jir/**)