LANTUNAN selawat bercampur teriakan dan tangis menyambut kedatang kami di Bukit Tursina, Kelurahan Kabonena, Kecamatan Ulujadi, Kota Palu, Sulawesi Tengah, yang merupakan markas Majelis Dzikir Nuurul Khairaat Indonesia, Selasa siang (18/5/2021).
LAPORAN: Asriadi
Sebanyak 334 anak mengikuti sunatan massal yang digelar Majelis Dzikir yang sangat aktif bergerak membantu pemulihan pascagempa, tsunami dan likuefaksi melanda Palu, Sigi, dan Donggala 2018 silam.
Kegiatan berlangsung dua hari, mulai tanggal 17 hingga 18 Mei 2021, dengan menghadirkan sebanyak 10 tim medis.
Kebanyakan peserta merupakan anak dari keluarga yang bermukim disepanjang kaki pegunungan Gawalise.
Hafiz, anak dari pasangan Asri dan Revi dari Desa Kinavaro, Kabupaten Sigi, menjadi peserta termuda dalam sunatan massal kali ini.
Seperti anak-anak lainnya, Hafiz menjalani kegiatan tahunan Majelis Dzikir Nuurul Khairaat yang dipimpin Habib Sholeh (Habib Rotan) itu, dengan didampingi oleh kerabat.
“Program ini sangat membantu bagi kami untuk menjalankan perintah agama,” ungkap Asri, Orang Tua peserta.
Nur Utami Hidayati, SKM, Unit Promosi Kesehatan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta menuliskan, sunat adalah proses pelepasan/pemotongan kulup atau kulit yang menyelubungi ujung penis. Sunat lebih utama dilakukan saat usia anak-anak itu lebih utama karena memang lebih mudah dilakukan ketika masih anak-anak.
Selain diwajibkan dari sisi syariat agama Islam, ternyata dari sisi medis banyak manfaat yang bisa didapatkan oleh orang yang menjalani proses sunat, yaitu:
Sunat mengurangi risiko infeksi penyakit seksual menular seperti human papilloma virus (HPV) dan penyakit seksual menular seperti herpes atau sifilis.
Mencegah terjadinya penyakit pada penis seperti nyeri pada kepala atau kulup penis yang disebutfimosis. Ini adalah kondisi saat kulup penis yang tidak disunat sulit untuk ditarik. Kondisi ini bisa menyebabkan radang pada kepala penis yang disebut balanitis.
Mengurangi risiko infeksi saluran kemih yang dapat merujuk kepada masalah ginjal. Infeksi ini umumnya lebih sering terjadi pada orang yang tidak menjalani sunat. Mengurangi risiko kanker penis.
Mengurangi risiko kanker serviks pada pasangan. Risiko kanker serviks menurun pada wanita yang pasangannya telah menjalani prosedur sirkumsisi.
Membuat kesehatan penis lebih terjaga. Penis yang disunat lebih mudah dibersihkan, sehingga kesehatannya lebih terjamin dibandingkan yang tidak disunat sehingga bisa mencegah terjadinya peradangan, mengingat ujung penis merupakan tepat tumbuhnya bakteri dan jamur.
Ada beberapa hal yang harus dan dianjurkan untuk diperhatikan oleh orang yang baru disunat agar luka menjadi cepat sembuh, yaitu:
Setelah sunat, umumnya penis akan berwarna merah, memar, dan bengkak. Luka sunat memerlukan waktu sekitar 10 hari sampai 1 bulan untuk sembuh.
Pemulihan setelah sirkumsisi akan lebih nyaman jika pasien tidak mengenakan celana dalam dan menggunakan celana yang longgar atau sarung untuk mencegah penis menempel di celana.
Rutin kontrol ke dokter untuk merawat luka.Tetap pastikan kebersihan alat kelamin terjaga untuk menghindari infeksi. Mandi setelah diperbolehkan dokter, namun hindari mandi berendam.
Pasien bisa mengonsumsi obat-obatan pereda rasa sakit untuk mengurangi nyeri dan pemberian antibiotik jika diperlukan.
Hingga rasa nyerinya mereda, anak yang telah dikhitan tidak dianjurkan untuk melakukan gerakan yang berlebihan seperti mengendarai sepeda
Bila terjadi perdarahan tidak berhenti, dari ujung penis keluar cairan bernanah atau berbau busuk, dua belas jam setelah disunat urine tidak dapat keluar seperti biasa, beberapa hari setelah sunat proses buang air kecil masih saja terasa menyakitkan, setelah dua minggu sunat penis masih bengkak maupun demam, maka disarankan untuk segera ke dokter atau rumah sakit agar mendapatkan penanganan lebih lanjut.(**)