Aksi Pemberi Janji Palsu di Tenda Pengungsian Palu

  • Whatsapp

WARGA korban gempa bumi, tsunami dan likuefaksi yang hingga kini masih mendiami tenda pengungsian di sekitar kawasan Masjid Agung, Kecamatan Palu Barat, Sulawesi Tengah mengaku kerap diminta menyetor fotokopi identitas kependudukan oleh oknum yang mengaku sebagai penyalur bantuan.

“Sudah berapa kali kami kumpulkan fotokopi kartu keluarga dan KTP, katanya untuk pendataan bantuan,” kata Ratna (63), salah seorang penyintas bencana kepada Brita.id.

Namun demikian kata dia, hingga kini bantuan yang dijanjikan oknum tersebut tidak kunjung datang.

Bahkan kata Ratna, beberapa bulan yang lalu ada pihak yang mengaku berasal dari yayasan kemanusiaan mebuat acara penyerahan bantaun secara simbolis, namun hingga kini bantuan belum juga mereka terima.

“Ada dulu itu, belum lama ini juga, ada bantuan uang simbolis, tapi tidak ada juga sampai sama kami kasihan, kami sudah difoto-foto,” ungkapnya.

Dirinya menjelaskan, meskipun sering diberikan janji manis tanpa bukti, mereka tetap mengumpulkan identitas kependudukan saat ada oknum yang melakukan pendataan, dengan harapan, kelak bantuan tersebut akan benar-benar mereka terima.

Sementara penyintas bencana lainnya, Hengki Juru (45) menuturkan, saat ini kehidupan penyintas bencana di kawasan tenda pengungsian Masjid Agung kian memprihatinkan, dimana tenda yang mereka gunakan mulai rapuh dimakan usia, sehingga jika turun hujan, lantai tenda mereka kerap digenangi air.

Hengki menuturkan, ia dan ribuan penyintas bencana di lokasi itu berhasrat kuat untuk memulai kembali kehidupan dengan membangun rumah tinggal yang layak, namun penghasilan yang mereka peroleh dari pekerjaan yang tidak menentu hanya cukup untuk menutupi kebutuhan dapur sehari-hari.

“Semua orang pasti memimpikan hidup layak, hanya saja keadaan masih kurang mendukung,” ungkap Hengki.

Hengki dan ribuan jiwa pengungsi lainnya, merupakan warga yang harta bendanya hilang saat bencana melanda wilayah Kota Palu 28 September 2018 silam.

Mereka telah bertahan di tenda pengungsian sekitar sembilan bulan lamanya, atau beberapa saat setelah tsunami menghantam perkampungan mereka di pesisir pantai Teluk Palu.(ald)

Related posts