MOROWALI,Brita.id – Pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, melonjak tajam dalam lima tahun terakhir.
Data terbaru mencatat kenaikan sebesar 62,7 persen, dari 4.697 unit pada 2021 menjadi 7.643 unit usaha hingga Maret 2025. Lonjakan ini tidak lepas dari peran strategis kawasan industri Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) sebagai motor penggerak ekonomi lokal.
Ledakan jumlah usaha ini turut mendorong penyerapan tenaga kerja secara masif. Sedikitnya 16.705 orang kini bekerja di sektor UMKM Bahodopi, yang tumbuh subur di sekitar kawasan industri.
Jenis usaha yang paling banyak dijumpai adalah kios sembako yang merangkap Pertamini (981 unit), diikuti stan minuman (735 unit) dan warung makan semi permanen (670 unit).
“Pertumbuhan ini mencerminkan iklim bisnis yang semakin kondusif dan potensi ekonomi lokal yang sangat dinamis. UMKM menjadi penopang utama kehidupan masyarakat dan berkontribusi besar terhadap PDRB daerah,” ujar Dedy Kurniawan, Head of Media Relations Department PT IMIP, Selasa (1/7/2025).
Berdasarkan data riset internal PT IMIP, pertumbuhan UMKM menunjukkan tren yang stabil sejak 2021. Peningkatan mulai terlihat pada 2022 dengan total 5.034 unit usaha, lalu melonjak signifikan pada 2023 menjadi 7.299 unit.
Meski pertumbuhan sempat melambat pada 2024, dengan hanya naik tipis menjadi 7.318 unit, lonjakan tertinggi justru terjadi di tahun tersebut dengan pertumbuhan 14,9 persen dibandingkan 2023.
Kehadiran IMIP tak hanya membawa investasi industri nikel, tetapi juga mendatangkan ribuan pendatang dari luar daerah. Banyak di antaranya memilih membuka usaha untuk memenuhi kebutuhan karyawan yang bekerja di kawasan industri.
Salah satu kisah sukses datang dari Abdullah (53), pemilik rumah makan “Dapur Pak Dul” di Desa Bahomakmur.
Setelah hijrah dari Soppeng, Sulawesi Selatan, pada 2018, Abdullah merintis usahanya dari nol. Kini, usahanya berkembang pesat, terutama sejak PT Chengtok Litium Indonesia (CTLI) mulai beroperasi pada Oktober 2024.
“Sudah delapan bulan ini saya buka warung 24 jam. Banyak pelanggan dari karyawan PT CTLI yang kerja malam,” ungkap Abdullah saat ditemui.
Warung milik Abdullah kini mempekerjakan 18 orang, termasuk juru masak, pelayan, dan kurir pengantar makanan.
Ini menjadi contoh konkret bagaimana UMKM tidak hanya menopang ekonomi keluarga, tapi juga membuka lapangan kerja baru bagi warga lokal maupun pendatang.
Dengan geliat ekonomi seperti ini, Bahodopi tidak hanya menjadi pusat industri nikel nasional, tapi juga simbol tumbuhnya ekonomi rakyat berbasis UMKM di Sulawesi Tengah.(arj/jir)








