Jakarta, Brita.id- Kementerian Perindustrian menargetkan delapan kawasan industri beroperasi di tahun ini. Delapan kawasan industri itu terdiri dari Tanjung Buton, Landak, Lhokseumawe, Maloy, Ladong, Medan, Tanah Kuning, dan Bitung.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan delapan kawasan industri ini sudah bisa beroperasi karena sudah memasuki tahap konstruksi. Pembangunan kawasan industri ini diharapkan bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi di luar Jawa.
“Pengembangan kawasan industri menjadi perhatian utama pemerintah karena mampu mewujudkan perekonomian yang Indonesia sentris. Tahun ini, delapan kawasan industri akan beroperasi,” ujar Airlangga melalui siaran pers dikutip Jumat (18/1).
Setelah ini, pemerintah akan fokus mengembangkan 10 kawasan industri lainnya, yakni Kuala Tanjung, Kemingking, Tanjung Api-api, Gandus, Tanjung Jabung, Tanggamus, Batulicin, Jorong, Buli dan Teluk Bintuni. Saat ini, 10 kawasan industri ini belum bisa beroperasi tahun ini lantaran sebagian kawasan industri masih dalam tahap perencanaan.
Jika seluruh kawasan industri ini rampung, ia yakin pertumbuhan investasi riil di Indonesia bisa melesat. “Bahkan, dengan berdirinya pabrik akan menyerap banyak tenaga kerja lokal. Ini salah satu bukti dari efek pengganda aktivitas industrialisasi,” imbuh dia.
Hingga November 2018 kemarin, ia mencatat ada 10 kawasan industri yang telah beroperasi yakni Morowali, Bantaeng, Konawe, Palu, Sei Mangkei, Dumai, Ketapang, Gresik, Kendal, dan Banten. Adapun, 10 kawasan industri ini merupakan bagian dari 23 kawasan industri yang masuk ke daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) yang tercantum di dalam Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
Jika seluruh kawasan industri ini beroperasi, ia berharap porsi sektor industri pengolahan non-migas bisa mencapai 60 persen dari seluruh total produksi industri manufaktur. Saat ini, Jawa masih menjadi basis industri di Indonesia dengan porsi 57,99 persen terhadap total produksi manufaktur Indonesia pada 2017 silam.
Adapun, kawasan industri di luar Jawa akan diarahkan kepada industri berbasis sumber daya alam dan pengolahan mineral, sementara Jawa akan difokuskan pada pengembangan jenis industri baru. Khususnya, industri yang terpengaruh dengan teknologi industri 4.0.
Untuk itu, pemerintah tengah membangun politeknik di kawasan industri agar seluruh investasi di kawasan industri di Jawa bisa mendapatkan tenaga kerja kompeten. Salah satu contohnya adalah politeknik industri mebel di Kendal, Jawa Tengah. “(Di luar Jawa) Kami telah memfasilitasi pembangunan politeknik industri logam di Morowali,” pungkas dia.
Berdasarkan catatan Kemenperin selama periode tahun 2015-2017, sektor manufaktur yang telah menanamkan modalnya di seluruh kawasan industri di Indonesia mencapai Rp 126,5 triliun. Investasi selama tiga tahun tersebut terdiri dari Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp103 triliun dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) hingga Rp23,5 triliun.(CNN Indonesia)